25 Juli 2008

THORIQOH QODIRIYAH NAQSYABANDIYAH (1)

Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah perpaduan dari dua buah tarekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah. Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Sufi Syekh besar Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah bernama Syekh Ahmad Khatib Ibn Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M). Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah.

Syekh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah, di samping juga mursyid dalam Thariqah Naqsabandiyah. Tetapi ia hanya menyebutkan silsilah tarekatnya dari sanad Thariqah Qadiriyah saja. Sampai sekarang belum diketemukan secara pasti dari sanad mana beliau menerima bai'at Thariqah Naqsabandiyah.

Sebagai seorang mursyid yang kamil mukammil Syekh Ahmad Khatib sebenarnya memiliki otoritas untuk membuat modifikasi tersendiri bagi tarekat yang dipimpinnya. Karena dalam tradisi Thariqah Qadiriyah memang ada kebebasan untuk itu bagi yang telah mempunyai derajat mursyid. Karena pada masanya telah jelas ada pusat penyebaran Thariqah Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun di Madinah, maka sangat dimungkinkan ia mendapat bai'at dari tarekat tersebut. Kemudian menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah dan mengajarkannya kepada murid-muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.

Penggabungan inti ajaran kedua tarekat tersebut karena pertimbangan logis dan strategis, bahwa kedua tarekat tersebut memiliki inti ajaran yang saling melengakapi, terutama jenis dzikir dan metodenya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu sama-sama menekankan pentingnya syari'at dan menentang faham Wihdatul Wujud. Thariqah Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahr Nafi Itsbat, sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat.

Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Dalam kitab Fath al-'Arifin, dinyatakan tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua tarekat tersebut. Tetapi merupakan penggabungan dan modifikasi berdasarkan ajaran lima tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Tarekat Anfasiyah, Junaidiyah, dan Tarekat Muwafaqah (Samaniyah). Karena yang diutamakan adalah ajaran Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah, maka tarekat tersebut diberi nama Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Disinyalir tarekat ini tidak berkembang di kawasan lain (selain kawasan Asia Tenggara).

Penamaan tarekat ini tidak terlepas dari sikap tawadlu' dan ta'dhim Syekh Ahmad Khathib al-Sambasi terhadap pendiri kedua tarekat tersebut. Beliau tidak menisbatkan nama tarekat itu kepada namanya. Padahal kalau melihat modifikasi ajaran yang ada dan tatacara ritual tarekat itu, sebenarnya layak kalau ia disebut dengan nama Tarekat Khathibiyah atau Sambasiyah, karena memang tarekat ini adalah hasil ijtihadnya.

Sebagai suatu mazhab dalam tasawuf, Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah memiliki ajaran yang diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut diyakini paling efektif dan efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya didasarkan pada Al-Qur'an, Al-Hadits, dan perkataan para 'ulama arifin dari kalangan Salafus shalihin.

Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu : tentang kesempurnaan suluk, adab (etika), dzikir, dan murakabah.[]

INFO TERKAIT:
Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (2)
Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (3)
Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (4)
Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah (5)

DOA SYEKH ABDUL QADIR AL-JAILANI

Alhamdulillahi robbil’alamin (3 kali).

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Lalu beliau melanjutkannya dengan doa berikutnya:

Sejumlah makhlukNya, seberat ArsyNya, sebanyak keridhaan DzatNya, sepanjang tinta KalimatNya, setingga puncak IlmuNya, dan segala sesuatu yang Dia kehendaki dan Dia ciptakan. Yang Dia jadikan dan Dia kreasikan. Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang tampak. Yang Mahapengasih lagi Mahapenyanyang. Yang Maha Merajai lagi Mahasuci. Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Mahaesa, dan tiada sekutu bagiNya. MilikNya segala kerajaan dan pujiaan. Dia Maha Menghidupkan lagi Maha mematikan. Dia Mahahidup dan Mahatidakmati. Dalam kekuasaanNya tergenggam kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. KepadaNyalah tempat kembali.

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya yang diutusNya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.

Ya Allah, anugerahkan salawat kepada Muhammad dan keluarganya. Jagalah pemimpin dan umat ini, pemerintah dan rakyatnya. Jalinlah kasih antara hati mereka dalamkebajikan dan jauhkan keburukan sebagian mereka kepada sesamanya.

Ya Allah, hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui rahasia-rahasia kami, maka perbaikilah. Hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui kebutuhan-kebutuhan kami, maka penuhilah. Hanya Engkaulah Yang Maha Mengetahui aib-aib kami, maka tutupilah. Janganlah Engkau perlihatkan sesuatu pada kami, sekiranya Engkau larang kami (mengerjakannya), dan janganlah Engkau menghilangkan sesuatu pada kami, sekiranya Engkau perintahkan kami (mengerjakannya). Jangan lupakan kami (dari) zikir mengingatMu. Jangan tujukan kamikepada makarMu. Jangan butuhkan kami kepada selainMu. Jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang lalai.

Ya Allah, ilhamilah kami kesadaran, dan lindunglah kami dari keburukan nafsu-nafsu kami. Sibukkanlah kami hanya denganMu hingga melupakan selainMu. Putuskanlah kami dari semua yang dapat memutus kami dariMu. Ilhamilah kami dengan zikir kepadaMu, mensyukuriMu, dan kebaikan ibadah menyembahMu.

Kemudian beliau menoleh ke kanan dan mengucapkan:

La ilaha illa Allah, masya’ Allah, la hawla wa la quwwah lana illa bi Allah al ‘Aliyy al al ‘Azhim.

Tiada tuhan selain Allah, apa saja kehendak Allah. Tidak ada daya upaya dan kekuatan selain dengan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Lalu beliau menghadap ke depan dan mengucapkan doa yang sama:

La ilaha illa Allah, masya’ Allah, la hawla wa la quwwah lana illa bi Allah al ‘Aliyy al al ‘Azhim.

Tiada tuhan selain Allah, apa saja kehendak Allah. Tidak ada daya upaya dan kekuatan selain dengan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Selanjutnya beliau menoleh ke kiri dan mengucapkan doa yang sama:

La ilaha illa Allah, masya’ Allah, la hawla wa la quwwah lana illa bi Allah al ‘Aliyy al al ‘Azhim.

Tiada tuhan selain Allah, apa saja kehendak Allah. Tidak ada daya upaya dan kekuatan selain dengan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung.

Lalu beliau melanjutkannya dengan doa berikutnya:

Janganlah Engkau beberkan berita-berita kami. Janganlah Engkau buka tirai kami. Janganlah Engkau hukum kami dengan keburukan amal kami. Janganlah Engkau hidupkan kami (kembali) dalam kelalaian, dan jangan ambil (nyawa) kami saat dalam kealpaan.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maafkan kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

(Syekh Abdul Qodir al-Jailani, “Rahasia-rahasia Agung Berjumpa Allah – Lautan Hikmah Kekasih Allah – 62 Pedoman Hidup untuk Menjadi Kekasih Allah”, Semarang, DIVA Press, 2008)

DOA RAJAB

Memasuki Rajab 1429 Hijriah ini, saya mendapat email berharga dari seorang sahabat. Inti pesannya adalah kemuliaan Rajab dan ajakan untuk bershaum. Subhanallah. Berikut ini, petikan pesan-pesan itu.

Diriwayatkan, Rasulullah SAW telah bersabda, "Ketahuilah bahwa bulan Rajab itu adalah Bulan Allah, maka barang siapa berpuasa satu hari di bulan itu dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keridhaan yang besar dari Allah SWT; barang siapa berpuasa pada tanggal 27 Rajab akan mendapat pahala seperti lima tahun berpuasa; barang siapa berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi Allah SW; barang siapa berpuasa tiga hari, yaitu pada tanggal 1, 2, dan 3 Rajab, maka Allah akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia dan siksa akhirat; barang siapa berpuasa lima hari di bulan itu, Insya Allah permintaannya akan dikabulkan; barang siapa berpuasa tujuh hari di bulan Rajab, maka ditutupkan tujuh pintu neraka jahanam; barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab, maka akan dibukakan delapan pintu surga; barang siapa berpuasa lima belas hari di bulan Rajab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan mengganti semua kejahatannya dengan kebaikan; dan barang siapa menambah hari-hari puasanya di bulan Rajab, maka Allah akan menambahkan pahalanya." Rasullah SAW juga bersabda, "Pada malam mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu, dan lebih harum dari minyak wangi. Lalu aku bertanya pada Jibril AS, ‘Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini?’

Jibril AS menjawab, ‘Ya Muhammad, sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajabi.’ “

Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita, "Ketika kami berjalan bersama Rasulullah SAW ke sebuah kubur, lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih. Kemudian beliau berdoa kepada Allah SWT.

Lalu saya bertanya kepada beliau, ‘Ya Rasulullah mengapakah engkau menangis?’

Beliau SAW menjawab, ‘Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kubur nya, dan saya berdoa kepada Allah. Lalu, meringankan siksa atas mereka. Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur.’ Tsauban bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksa kubur?’

Beliau SAW menjawab, ‘Wahai Tsauban, demi Allah, Dzat yang telah mengutusku sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan shalat malam sekali di bulan Rajab dengan niat karena Allah, kecuali Allah mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan shalat malam satu tahun. Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi, dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya'ban, dan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka.’”

Beberapa saat kemudian, Ustadz M. Sirajudin Ruyani mengirimkan pesan pendek melalui ponsel berisikan ajakan berzikir ba’da shalat maghrib, Subhanallahil hayyul qoyyum” sebanyak seratus kali pada 1-10 Rajab. Sedangkan pada 11-20 Rajab, ustadz saya mengamanahkan untuk berzikir, "Subhanallahi ahadish shomad" sebanyak seratus kali. Lalu, pada 21-30 Rajab, ustadz saya mengamanahkan untuk berzikir ba'da shalat maghrib, "Subhanallahi rouf" juga sebanyak seratus kali. Setelah menzikirkan kalimat puji-pujian itu, kita membaca doa, “Allahumma baariklana fi rojaba wasyakbaana waballigna romadhon” sebanyak tiga kali.[]