Saat keluarga besar sohibul MANFAAT melepaskan Ustadz Sirod ke Tanah Suci.
Haru bercampur suka cita. Subhanallah.
Haru bercampur suka cita. Subhanallah.
Awal Juni lalu seorang ikhwan mendapat musibah. Motor yang ditumpanginya bersama istri dan anaknya terbalik di kawasan Slipi, Jakarta Barat, lantaran ia melindas separator busway. Kaki sang ikhwan patah. Bahkan, cenderung remuk. Dan atas inisiatif para joki, ia dilarikan ke balai pengobatan.
Istri sang ikhwan yang panik tidak bisa berbuat banyak. Lalu, ia meminta joki yang mengantarnya untuk menelpon Ustadz Sirod -- pemimpin Majelis Dzikir sohibul MANFAAT. Kegemparan terjadi di kawasan Mataram Dalam. Mereka tidak menduga sang ikhwan terkena musibah.
Tanpa banyak ceritam Ustadz Sirod dan sejumlah ikhwan mengejar ikhwan yang terkena musibah. Selain menyelamatkan motor yang ikut remuk dan mengangkutnya ke mobil losbak, para ikhwan juga menjemput ikhwan yang terkena musibah dengan mobil lain. Subhanallah, begitu luar biasa rajutan kebersamaan di tempat ini.
Cerita tentang kebersamaan memang mutlak ada di sohibul MANFAAT. Para ikhwan dari mana pun biasa membaur dalam suasana apa pun. Bukan hanya saat mereka melaksanakan amaliyah harian, mingguan, atau bulanan. Tapi, di berbagai kesempatan. Semuanya biasa datang tanpa mengemeng-emeng gelar, jabatan di kantor, dan simbol-simbol duniawi lain. Selain itu, mereka juga datang niat mencari untung dan mencuri kesempatan. Ah, luar biasa lurusnya.
Gambaran kecintaan antara guru dan murid terekam begitu bersahaja di tempat ini. Bukti paling nyata adalah ketika Ustadz Sirod meninggalkan tanah air untuk beribadah haji. Acara pelepasan mengalir tanpa "rundown" yang jelas, tapi penuh keharuan dan suka cita. Hal ini seakan menjadi bukti, Ustadz Sirod bukan hanya miliki keluarganya, tapi para ikhwan lain. Sehingga, tanpa sadar, masing-masing ikhwan telah bersalaman -- untuk berpamitan -- hingga berkali-kali!
Kebersamaan yang tanpa pamrih, tanpa berniat menuai keuntungan, semata-mata ingin belajar mencintai guru, sama-sama belajar mendekati Allah SWT, mengalir dengan deras. Kami tidak pernah berpikir tentang Memorandum of Understanding (MOU), perjanjian ini-itu, ikatan gono-gini, atau istilah-istilah bisnis lainnya. Tapi, sekali lagi, karena kami merupakan A BIG FAMILY! Sebuah keluarga besar!
Semoga Allah SWT memelihara kebersamaan dan pelajaran kerukunan ini. Amien.[]
Istri sang ikhwan yang panik tidak bisa berbuat banyak. Lalu, ia meminta joki yang mengantarnya untuk menelpon Ustadz Sirod -- pemimpin Majelis Dzikir sohibul MANFAAT. Kegemparan terjadi di kawasan Mataram Dalam. Mereka tidak menduga sang ikhwan terkena musibah.
Tanpa banyak ceritam Ustadz Sirod dan sejumlah ikhwan mengejar ikhwan yang terkena musibah. Selain menyelamatkan motor yang ikut remuk dan mengangkutnya ke mobil losbak, para ikhwan juga menjemput ikhwan yang terkena musibah dengan mobil lain. Subhanallah, begitu luar biasa rajutan kebersamaan di tempat ini.
Cerita tentang kebersamaan memang mutlak ada di sohibul MANFAAT. Para ikhwan dari mana pun biasa membaur dalam suasana apa pun. Bukan hanya saat mereka melaksanakan amaliyah harian, mingguan, atau bulanan. Tapi, di berbagai kesempatan. Semuanya biasa datang tanpa mengemeng-emeng gelar, jabatan di kantor, dan simbol-simbol duniawi lain. Selain itu, mereka juga datang niat mencari untung dan mencuri kesempatan. Ah, luar biasa lurusnya.
Gambaran kecintaan antara guru dan murid terekam begitu bersahaja di tempat ini. Bukti paling nyata adalah ketika Ustadz Sirod meninggalkan tanah air untuk beribadah haji. Acara pelepasan mengalir tanpa "rundown" yang jelas, tapi penuh keharuan dan suka cita. Hal ini seakan menjadi bukti, Ustadz Sirod bukan hanya miliki keluarganya, tapi para ikhwan lain. Sehingga, tanpa sadar, masing-masing ikhwan telah bersalaman -- untuk berpamitan -- hingga berkali-kali!
Kebersamaan yang tanpa pamrih, tanpa berniat menuai keuntungan, semata-mata ingin belajar mencintai guru, sama-sama belajar mendekati Allah SWT, mengalir dengan deras. Kami tidak pernah berpikir tentang Memorandum of Understanding (MOU), perjanjian ini-itu, ikatan gono-gini, atau istilah-istilah bisnis lainnya. Tapi, sekali lagi, karena kami merupakan A BIG FAMILY! Sebuah keluarga besar!
Semoga Allah SWT memelihara kebersamaan dan pelajaran kerukunan ini. Amien.[]