“Almuhitur robbus syahidul habbiful fa’alul khollaqul bariul mushowwir”.
Ketika masih aktif di sebuah padepokan spiritual beberapa tahun yang lewat, saya pernah mendapatkan versi lain dari doa di atas. Waktu itu, saya dan murid-murid lainnya patuh dan tunduk untuk menzikirnya selama tujuh malam dengan hitungan tertentu. Lalu, mengulangnya juga selama tujuh malam, ketika dihadapkan sebuah persoalan.
Saya sempat terkejut juga ketika doa itu berada dalam uraian mankobah ketujuh, yang membahas kebiasaan Syekh Abdul Qadir Al Jailani QS melewati malam-malam indahnya hingga datangnya subuh. Tentunya, dengan shalat, zikir, dan berdoa. Salah satunya doanya, ya seperti yang dituliskan di atas. Bahkan dalam mankobah itu juga dipaparkan karomah yang disaksikan Syekh Abu Abdillah Muhammad Al Hirowi.
Boleh percaya boleh tidak, saya juga pernah merasakan keluarbiasaan doa itu di masa dulu. Ya, ketika syahwat masih melimpah. Sekarang? Kenikamatannya berbeda. Dan saya yakin, para ikhawan sangat paham kenikmatan yang saya maksud. Subhanallah.[]